Langsung ke konten utama

Postingan

Said bin Amir : Gubernur yang Miskin

Gubernur yang Miskin" Syahr bin Hausyab bercerita: ketika Khalifah Umar bin Khaththab datang ke Homs (salah satu propinsi di Suriah sekarang), Beliau memerintahkan untuk mencatat nama-nama orang fakir miskin, lalu ketika beliau membaca catatan nama-nama tersebut, disana terdapat nama Said bin Amir. Beliau lalu bertanya: "siapa Said bin Amir ini?" lalu para bawahan beliau menjawab; "wahai amirul mu'minin beliau itu ya gubernur kami". Beliau berkata: "gubernur termasuk orang miskin?" mereka menjawab: "ya begitulah". lalu beliau heran dan takjub. Beliau bertanya lagi: "bagaimana bisa gubernur kalian ini adalah orang miskin juga? kemana gajihnya? kemana penghasilannya?" mereka menjawab: "wahai amirul mu'minin, gubernur kami itu kalau dapat gajih, gajihnya tidak pernah disimpan, langsung habis dibagi-baikan kepada orang miskin". Mendengar hal ini sayyidina Umar menangis meneteskan air mata, lalu mengam
Postingan terbaru

Abu Bakar Shiddiq

1. Salah satu anak perempuan tertuanya menikah dengan Sayyidina Zubair bin Awwam lalu melahirkan Abdullah bin Zubair dan Urwah bin Zubair. Anak perempuannya ini termasuk orang yg diberi umur panjang karena meninggal di Usia 100 tahun. Anak perempuannya ini merupakan anak dari isteri pertamanya yg bernama Qatilah yg ditalaknya semasa jahiliyyah. 2. Kemudian anaknya yg paling bungsu yang ia keburu wafat sebelum melihat anak itu lahir ke dunia, yang terlahir dari isteri ketiganya yg berasal dari kaum anshar yang  bernama Habibah binti Kharijah. anak perempuan ini kemudian menikah dengan Sayyidina Thalhah bin Ubaidillah yg terhitung sahabat ayahnya. Yg artinya jarak umur antara keduanya terpaut jauh. Dari pernikahan ini kemudian melahirkan wanita tercantik bangsa Arab di zamannya yaitu Aisyah binti Thalhah. Yang kemudian menikah dengan laki2 yg masih ada kaitan keluarga dengannya yaitu Sayyidina Mush'ab bin Zubair dengan mahar seratus ribu dirham setelah sebelumnya menikah dengan se

Wail bin hujr dan Muawiyah

"Jangan pernah meremehkan dan menghina orang lain, tetapi walapun engkau diremehkan maka maafkanlah" Wail bin Hujr adalah salah satu bangsawan keturunan raja-raja dari Hadramaut yg datang kepada Rasulullah dan masuk Islam. Kemudian Rasulullah menugaskannya sebagai pejabat daerah Aqyal di Hadhramaut. Ketika Rasulullah menugaskannya, Rasulullah mengirim bersamanya Muawiyah bin Abi Sufyan yg saat itu masih seorang pemuda tak berharta. Ketika dalam perjalanan menuju daerah Aqyal, Wail bin Hujr menunggangi unta sedangkan Muawiyah hanya berjalan kaki tanpa memakai sandal. Karena hari yg begitu terik dan panas manggantang Muawiyahpun meminta kepada Wail agar dipinjami sandal. Lalu Wail berkata: "lindungilah kakimu dari panasnya matahari dan jalanan dengan bayangan untaku" Muawiyah berkata: "hal seperti itu tidak akan ada gunanya, kalau begitu bonceng saja aku dibelakangmu naik unta" Wail Berkata: "diamlah, karena engkau tidak layak menjadi boncengan

UMMU AIMAN

Nama Aslinya adalah Barakah. Dia adalah orang yang sangat disayangi Nabi, begitu juga suaminya dan anaknya. Bahkan nama suaminya Allah abadikan dalam al-Qur'an surah Al-Ahzab ayat 37. Suaminya meninggal syahid pada tahun ke 8 hijriah ketika menjadi Panglima perang Mu'tah. Kemudian anaknya diangkat menjadi panglima perang mengomandani para sahabat sebelum wafatnya Rasulullah ﷺ. Namun pasukan ini baru berangkat pada sewaktu Abu Bakar telah menjadi Khalifah. Sayangnya Rasulullah ﷺ kepada anaknya sudah diketahui dan masyhur di kalangan orang banyak. Sehingga ketika orang Quraisy dipusingkan dengan perkara seorang perempuan dari Bani Makhzum yang telah mencuri dan harus dihukum potong tangan, mereka berkata: "tidak ada yang berani melobi Rasulullah tentang hal ini (agar perempuan itu tidak dipotong tangan) kecuali kesayangan Rasulullah Usamah bin Zaid". Namun Rasulullah ﷺ adalah orang yang tegas dengan hokum Allah, sekalipun Usamah adalah orang yang disayanginya beli

Abu Musa Al Asy'ari

Jabatan tinggi yg dipangkunya tak pernah membuat semangat laki-laki ini surut dalam mengajarkan dan berbagi ilmu warisan Rasulullah. Walaupun jabatannya seorang gubernur salah satu daerah muslim yg baru waktu itu, yaitu tepatnya di kota Bashrah atau Irak sekarang, dia tak pernah sungkan dan gengsi untuk turun langsung mengajarkan Al Qur'an kepada masyarakat yg berminat belajar Al Qur'an. Sebagaimana diriwayatkan Ibnu Syawdzab bahwa setiap harinya setelah selesai shalat subuh dan mengimami shalat subuh, dengan rutin ia akan menghadap ke arah jamaah, dan satu persatu jamaah yg ingin belajar alqur'an maju duduk tepat di depannya untuk belajar secara langsung dengannya. Hal ini dilakukannya sejak diangkat jadi gubernur kurang lebih pada tahun 17 hijriah sampai akhir masa jabatannya 4 tahun setelah wafatnya Khalifah Umar bin Khaththab sebagaimana hal ini adalah wasiat Khalifah Umar, yaitu bahwa setelah satu tahun wafatnya Khalifah semua pejabat harus diganti kecuali orang yg