Jabatan tinggi yg dipangkunya tak pernah membuat semangat laki-laki ini surut dalam mengajarkan dan berbagi ilmu warisan Rasulullah.
Walaupun jabatannya seorang gubernur salah satu daerah muslim yg baru waktu itu, yaitu tepatnya di kota Bashrah atau Irak sekarang, dia tak pernah sungkan dan gengsi untuk turun langsung mengajarkan Al Qur'an kepada masyarakat yg berminat belajar Al Qur'an. Sebagaimana diriwayatkan Ibnu Syawdzab bahwa setiap harinya setelah selesai shalat subuh dan mengimami shalat subuh, dengan rutin ia akan menghadap ke arah jamaah, dan satu persatu jamaah yg ingin belajar alqur'an maju duduk tepat di depannya untuk belajar secara langsung dengannya. Hal ini dilakukannya sejak diangkat jadi gubernur kurang lebih pada tahun 17 hijriah sampai akhir masa jabatannya 4 tahun setelah wafatnya Khalifah Umar bin Khaththab sebagaimana hal ini adalah wasiat Khalifah Umar, yaitu bahwa setelah satu tahun wafatnya Khalifah semua pejabat harus diganti kecuali orang yg kita ceritakan ini baru boleh diganti setelah 4 tahun.
Dalam riwayat lain yg disebutkan Imam al Qurthuby dalam tafsirnya yg bersumber dari seorang tabi'in Abu Raja al 'atharidy beliau berkata: beliau (sang gubernur) berkeliling di antara jamaah di masjid ini Masjid Bashrah, lalu membuat kami menjadi beberapa kelompok yg masing2 kelompok duduk membundar (halaqah) lalu beliau mengajarkan kami Al Qur'an. Masih terbayang saat aku melihat beliau memakai dua lapis baju putih dan darinya aku belajar surah Iqra surah pertama yg diturunkan kepada nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wa sallam.
Perlu diketahui Khalifah Umar bin Khaththab mempunyai kebijakan untuk mengirim beberapa orang sahabat yg ditugaskan Khusus untuk mengajarkan al Quran dan Fiqih ke daerah2 baru taklukan kaum muslimin. Untuk daerah Kufah beliau telah mengirim Ibnu Mas'ud. Untuk daerah Syam dikirim tiga orang yaitu Sayyidina Muadz bin Jabal, Ubadah bin Shamit dan Abu Darda. Sayyidina Muadz kemudian menetap di Palestina sampai wafatnya. Sedangkan Ubadah bin Shamit juga akhirnya menetap di Palestina di akhir hayatnya. Dan yg terakhir Abu Darda yg menetap di kota Damaskus sampai wafatnya.
Sahabat yg ikut bersama sang gubernur yang kita ceritakan ini sewaktu ke kota Bashrah adalah sayyidina Anas bin Malik. Sayyidina Anas pernah berkata: kami datang ke kota Bashrah bersamanya lalu ketika malam hari si gubernur ini shalat Tahajjud. Ketika pagi harinya ada yg berkata kepada beliau : semoga Allah memberikan kebaikan kepada Gubernur, seandainya pian tahu malam tadi isteri2mu dan kerabatmu mendengarkan bacaan Al Qur'anmu. Beliau berkata: "andai aku tahu akan aku hiasi kitab Allah dengan suaraku"
Sebagai catatan Sayyidina Anas menetap di Bashrah sampai akhir hayat beliau dan wafat di sana sekitar tahun 93 H.
Ketika sang gubernur ini mengutus Sayyidina Anas menemui Khalifah Umar di kota Madinah, Sayyidina Umar bertanya kepadanya: bagaimana kabar si gubernur? Sayyidina Anas berkata: aku tinggalkan dia dengan rutinitasnya mengajar khalayak membaca Al Qur'an". Sayyidina Umar: "ketahuilah sesungguhnya dia orang yg cerdas tapi jangan beritahukan hal ini kepadanya".
Nama asli gubernur ini adalah Abdullah bin Qais. Dan dia aslinya adalah orang Yaman. Dan dia hijrah ke Madinah bersama rombongan kaumnya da keluarga bertepatan dengan tahun penaklukan daerah Khaibar.
Sang Gubernur ini memang terkenal dengan keindahan suaranya yg sangat merdu. Bahkan Rasulullah dan isteri2 beliau semasa hidupnya sangat suka memdengarkan bacaan Al Qur'annya. Sampai2 Rasulullah mengatakan: "engkau telah diberikan satu serunai daripada serunainya Nabi Dawud".
Seorang tabi'in Abu Utsman Annahdy berkata: aku tak pernah mendengar bunyi alat musik yg lebih indah daripada suara Abu Musa Al Asy'ari, kalau beliau shalat kami pengen sekali seandainya beliau membaca surah Al Baqarah saja karena saking indahnya suaranya.
Bayangkan surah al Baqarah yg merupakan surah terpanjang dalam al Qur'an, kalau kita membacanya dengan tartil maka akan memakan waktu kurang lebih satu jam lamanya, tetapi karena saking hapuk dan gurihnya suara Abu Musa ini sehingga para makmum beliau sampai berandai2 kalau saja surah yg dibaca imam shalat itu adalah surah Al Baqarah.
Abu Musa al Asy'ary wafat dalam salah satu riwayat pada tahun 42 hijriah. Dalam riwayat lain dikatakan beliau wafat tahun 52 hijriah. Wallaahu a'lam.
Walaupun jabatannya seorang gubernur salah satu daerah muslim yg baru waktu itu, yaitu tepatnya di kota Bashrah atau Irak sekarang, dia tak pernah sungkan dan gengsi untuk turun langsung mengajarkan Al Qur'an kepada masyarakat yg berminat belajar Al Qur'an. Sebagaimana diriwayatkan Ibnu Syawdzab bahwa setiap harinya setelah selesai shalat subuh dan mengimami shalat subuh, dengan rutin ia akan menghadap ke arah jamaah, dan satu persatu jamaah yg ingin belajar alqur'an maju duduk tepat di depannya untuk belajar secara langsung dengannya. Hal ini dilakukannya sejak diangkat jadi gubernur kurang lebih pada tahun 17 hijriah sampai akhir masa jabatannya 4 tahun setelah wafatnya Khalifah Umar bin Khaththab sebagaimana hal ini adalah wasiat Khalifah Umar, yaitu bahwa setelah satu tahun wafatnya Khalifah semua pejabat harus diganti kecuali orang yg kita ceritakan ini baru boleh diganti setelah 4 tahun.
Dalam riwayat lain yg disebutkan Imam al Qurthuby dalam tafsirnya yg bersumber dari seorang tabi'in Abu Raja al 'atharidy beliau berkata: beliau (sang gubernur) berkeliling di antara jamaah di masjid ini Masjid Bashrah, lalu membuat kami menjadi beberapa kelompok yg masing2 kelompok duduk membundar (halaqah) lalu beliau mengajarkan kami Al Qur'an. Masih terbayang saat aku melihat beliau memakai dua lapis baju putih dan darinya aku belajar surah Iqra surah pertama yg diturunkan kepada nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wa sallam.
Perlu diketahui Khalifah Umar bin Khaththab mempunyai kebijakan untuk mengirim beberapa orang sahabat yg ditugaskan Khusus untuk mengajarkan al Quran dan Fiqih ke daerah2 baru taklukan kaum muslimin. Untuk daerah Kufah beliau telah mengirim Ibnu Mas'ud. Untuk daerah Syam dikirim tiga orang yaitu Sayyidina Muadz bin Jabal, Ubadah bin Shamit dan Abu Darda. Sayyidina Muadz kemudian menetap di Palestina sampai wafatnya. Sedangkan Ubadah bin Shamit juga akhirnya menetap di Palestina di akhir hayatnya. Dan yg terakhir Abu Darda yg menetap di kota Damaskus sampai wafatnya.
Sahabat yg ikut bersama sang gubernur yang kita ceritakan ini sewaktu ke kota Bashrah adalah sayyidina Anas bin Malik. Sayyidina Anas pernah berkata: kami datang ke kota Bashrah bersamanya lalu ketika malam hari si gubernur ini shalat Tahajjud. Ketika pagi harinya ada yg berkata kepada beliau : semoga Allah memberikan kebaikan kepada Gubernur, seandainya pian tahu malam tadi isteri2mu dan kerabatmu mendengarkan bacaan Al Qur'anmu. Beliau berkata: "andai aku tahu akan aku hiasi kitab Allah dengan suaraku"
Sebagai catatan Sayyidina Anas menetap di Bashrah sampai akhir hayat beliau dan wafat di sana sekitar tahun 93 H.
Ketika sang gubernur ini mengutus Sayyidina Anas menemui Khalifah Umar di kota Madinah, Sayyidina Umar bertanya kepadanya: bagaimana kabar si gubernur? Sayyidina Anas berkata: aku tinggalkan dia dengan rutinitasnya mengajar khalayak membaca Al Qur'an". Sayyidina Umar: "ketahuilah sesungguhnya dia orang yg cerdas tapi jangan beritahukan hal ini kepadanya".
Nama asli gubernur ini adalah Abdullah bin Qais. Dan dia aslinya adalah orang Yaman. Dan dia hijrah ke Madinah bersama rombongan kaumnya da keluarga bertepatan dengan tahun penaklukan daerah Khaibar.
Sang Gubernur ini memang terkenal dengan keindahan suaranya yg sangat merdu. Bahkan Rasulullah dan isteri2 beliau semasa hidupnya sangat suka memdengarkan bacaan Al Qur'annya. Sampai2 Rasulullah mengatakan: "engkau telah diberikan satu serunai daripada serunainya Nabi Dawud".
Seorang tabi'in Abu Utsman Annahdy berkata: aku tak pernah mendengar bunyi alat musik yg lebih indah daripada suara Abu Musa Al Asy'ari, kalau beliau shalat kami pengen sekali seandainya beliau membaca surah Al Baqarah saja karena saking indahnya suaranya.
Bayangkan surah al Baqarah yg merupakan surah terpanjang dalam al Qur'an, kalau kita membacanya dengan tartil maka akan memakan waktu kurang lebih satu jam lamanya, tetapi karena saking hapuk dan gurihnya suara Abu Musa ini sehingga para makmum beliau sampai berandai2 kalau saja surah yg dibaca imam shalat itu adalah surah Al Baqarah.
Abu Musa al Asy'ary wafat dalam salah satu riwayat pada tahun 42 hijriah. Dalam riwayat lain dikatakan beliau wafat tahun 52 hijriah. Wallaahu a'lam.
Komentar
Posting Komentar